Halaman

Sabtu, 12 Oktober 2019

6 Ciri Jurnal yang Dapat Dipublikasi

6 Ciri Jurnal yang Dapat Dipublikasi - Bagi kalian mahasiswa dan kalangan akademisi, sudah tidak asing kan dengan kata jurnal ilmiah? Ya, Jurnal ilmiah dianggap sebagai sumber informasi primer di dunia ilmu pengetahuan dan teknologi. Jurnal ilmiah berisi kumpulan artikel yang dipublikasikan secara periodik, ditulis oleh para ilmuwan peneliti untuk melaporkan hasilhasil penelitian terbarunya. Karena itulah, keberadaan jurnal ilmiah merupakan hal yang penting untuk terus memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi. 

Ada beberapa jenis jurnal yang dapat ditemui, diantaranya adalah Professional or Trade Journals, Popular Journals, dan Scholarly Journals. Tujuan pembuatan jurnal adalah untuk mengembangkan sebuah penelitian yang telah dituliskan serta menjadi acuan untuk para peneliti lainnya sedang melakukan kegiatan penelitian yang sejenis. Pada umumnya jurnal memiliki cakupan materi yang luas namun sangat padat, hanya terdiri dari 6 hingga 8 halaman, namun di setiap kalimatnya bernilai ilmu pengetahuan.

Halaman yang cukup padat inilah menjadi tantangan bagi penulisnya. Tidak seperti karya ilmiah ataupun novel yang mana penulis dapat mendeskripsikan secara detail, jurnal ilmiah hanya mengijinkan tidak sampai 10 halaman untuk menyampaikan isi jurnal. Dalam penyusunannya jurnal tidak seperti menulis biasa. Ada aturan yang harus dipatuhi, baik dari segi tulisan, isi, dan tata bahasa. 

6 ciri jurnal yang dapat dipublikasi
6 ciri jurnal yang dapat dipublikasi

Jika Anda ingin jurnal bisa terpublikasi dengan baik, tentunya Anda harus mengetahui ciri-ciri jurnal yang dapat dipublikasikan. Meski sudah banyak akademisi yang mengetahui cara membuat jurnal yang benar, namun masih saja ada beberapa keselahan yang sering dilakukan saat membuat jurnal. Berikut ini kami rangkum ciri-ciri jurnal yang dapat dipublikasikan. 

1. Kalimat Singkat, Padat, dan Jelas
JJurnal atau karya ilmiah merupakan tulisan akademis yang seharusnya ditulis langsung pada poin-poinnya atau “Straight to the point”. Supaya jurnal bisa langsung dipublikasikan, buatlah jurnal secara singkat, padat, dan jelas. Permasalahan yang sering terjadi adalah kebanyakan penulis di Indonesia cenderung berbelit-belit dalam menyampaikan sebuah ide. 

Dalam penulisan sebuah paragraf, paragraf yang bagus memiliki 1 ide pokok yang lebih baik diletakkan di kalimat pertama kemudian diikuti penjelasan 3-5 kalimat (deduksi). Untuk menghindari hal ini, penulis disarankan untuk membuat kerangka penulisan (outline) untuk menghindari menulis ide dengan berbelit-belit.

Outline akan membantu Anda dalam memetakan penjelasan pada jurnal. Sayangnya masyarakat Indonesia masih terbiasa dengan penulisan yang berbelit-belit, dimana mereka akan lebih suka menjelaskan alasan-alasan umum dulu baru ide pokok. Contohnya ketika ada kasus anak terlambat sekolah, budaya di Indonesia pasti akan menjelaskan dulu alasan kenapa ia telat. "Maaf pak, saya tadi sebenarnya bangun pagi, kemudian ban sepeda saya bocor, jadinya saya telat masuk sekolah."

Hal tersebut boleh dilakukan ketika Anda membuat suatu karya fiksi berupa novel atau cerpen. Tapi jika Anda membuat jurnal, harus diutamakan justru sebaliknya, yakni ide pokok. Sedangkan dalam jurnal karya ilmiah hal yang paling diutamakan adalah pernyataan ide pokok terlebih dahulu, baru diikuti oleh kalimat penjelas. Walaupun cara berpikir sangat dipengaruhi oleh latar belakang budaya, tetapi gaya penulisan yang baik bisa dilatih dengan menggunakan outline.

2. Jangan Mengulang Kalimat Berlebihan 
Biasanya pengulangan kalimat secara berlebihan karena penulis ingin jurnalnya padat dan banyak halaman. Sehingga penulis cenderung mengulang satu paragraf yang isinya sama. Jadi di beberapa paragraf penulisan berbeda namun isinya sama. Hal ini sering terjadi pada bagian hasil interview. Kebanyakan penulis Indonesia selalu mengulang-ulang 1 poin saja. Idealnya, cukup finding disebutkan satu kali di awal, kemudian dijelaskan dengan hasil kuesioner atau interview tanpa harus menyebutkan finding tersebut dalam setiap kutipan hasil interview.

Padahal pengulangan berlebih akan membuat jurnal menjadi tidak efektif. Namun banyak penulis yang melakukan pengulangan disebabkan karena penulis sudah kehabisan bahan. Yang perlu di garis bawahi adalah membuat jurnal bukan soal banyak sedikitnya jumlah halaman. Namun seberapa akurat dan berpengaruhnya informasi yang kita tulis. 

Berkaitan dengan hasil penelitian maka kevalidan data menjadi poin penting juga. Kevalidan ini bisa dilihat dari bagaimana peneliti menggunakan metode penelitian, cara pengambilan data, pengolahan data serta hasil dari penelitian itu sendiri. Jangan sampai penelitan Anda merupakan penelitian yang salah atau data yang digunakan tidak valid. Sebab, proses yang panjang dalam pembuatan jurnal akan sia-sia jika Anda salah menginput data. 

3. Gunakan Kalimat yang Penting
Saat duduk di bangku sekolah, anak-anak kerap diajarkan untuk belajar menulis bebas dan dinilai berdasarkan banyak sedikitnya tulisan. Konsep sederhana inilah yang akhirnya terbawa hingga sekarang ketika kita sedang menulis jurnal ilmiah, skrips, bahkan thesis. Meski begitu kabar baiknya sekarang sudah banyak dosen atau pengajar yang memahami bahwa skripsi, tesis, dan disertasi, bukan soal banyak sedikit jumlah halaman. Tetapi bagaimana suatu makalah tersebut memiliki powerful yang artinya memiliki konten yang berkualitas. 

Tidak perlu menjelaskan hal yang tidak perlu dijelaskan, karena di dalam sebuah jurnal, harus fokus pada ide jurnal tersebut. Agar jurnal Anda dapat dipublikasikan dan mempunyai konten yang bagus maka Anda harus menggunakan prinsip kehematan dalam menulis. Kehematan adalah penggunaan kata-kata secara hemat, tetapi tidak mengurangi makna atau mengubah informasi. Yang sering terjadi penulis sering melakukan pengulanagn subyek, pemakaian superordinat pada hiponimi kata, pemakaian sinonim yang tidak diperlukan, hingga penjamakan yang tidak diperlukan. Jurnal harus ditulis dengan kalimat efektif yang berarti juga harus tepat dalam memilih kata. Ketepatan ialah pemakaian diksi atau pilihan kata harus tepat.

4. Hindari Penggunaan Istilah yang Salah 
Dalam penulisan jurnal perhatikan betul istilah yang akan Anda gunakan. Terutama istilah-istilah yang masih awam dimengerti masyarakat umum. Penggunaan istilah yang salah sering ditemui terutama tentang penggunaan istilah-istilah dalam metode pembelajaran dan penelitian. Dalam bahasa Indonesia, model pembelajaran merujuk pada cara mengajar, sedangkan dalam bahasa inggris, tidak ada istilah “Learning model” adanya “Method/strategy”.

Agar jurnal terjaga kualitasmya maka gunakan istilah yang sesuai KBBI saja. Sebab masih banyak mahasiswa masih bingung dengan penggunaan istilah dalam penelitian korelasi dan eksperimen. Dalam penelitian korelasi, yang dicari adalah hubungan antar variabel tanpa ada treatment. Sedangkan dalam penelitian eksperimen, peneliti memberikan treatment, dan segala perubahan yang terjadi pada variabel penelitian disebabkan oleh treatment. Sehingga, penggunaan kata “efek (effect)” lebih tepat digunakan pada penelitian eksperimental, dan hubungan (influence) pada penelitian korelasi.

5. Pastikan Benar Dalam Penerjemahan 
Dapat dipastikan sebagai penulis jurnal kita butuh referensi dalam menulis. Referensi ini bisa dicari melalui buku, jurnal maupun penelitian lainnya. Referensi juga tidak dibatasi harus dari Indonesia, Anda juga bisa mengambil jurnal dari luar negeri. Kalau jurnal Bahasa Indonesia akan lebih mudah untuk dimengerti karena bahasanya sama dengan bahasa sehari-hari kita. Namun berbeda jika referensi jurnal yang Anda gunakan adalah jurnal luar negeri. 

Tantangan selanjutnya ketika Anda mengambil referensi dari buku atau jurnal luar negeri, Anda harus benar-benar tahu arti yang sebenarnya dari kalimat tersebut. Jangan sampai jurnal Anda salah tulis karena kesalahan penerjemahan. Menerjemahkan naskah akademik bidang lain dengan hasil maksimal dalam waktu yang cepat dan harga murah sudah pasti tidak mungkin. Anda harus membutuhkan mesin penerjemah (seperti Google Translate), tetapi jurnal tidak bisa diterjemahkan dengan mesin karena mesin tidak punya “Feeling dan sense of language”. Maka Anda bisa kok meminta tolong penerjemah atau teman Anda yang ahli dalam bahasa untuk membantu Anda membuat jurnal.

6. Kata Baku dan Tidak Baku
Kualitas jurnal dinilai juga dari bagaimana Anda memilih kata baku atau tidak baku. Pemilihan kata baku bergantung pada jenis tulisan apa yang ingin Anda sampaikan. Karena untuk keperluan akademik, tentu kata yang tepat untuk jurnal adalah kata baku. Kata baku akan dibaca lebih sopan dan kita dapat mengaplikasikan penggunakan bahasa dengan benar.

Jangan lupa perhatikan juga kata usang. Makna dari kata usang sendiri yakni penggunaan kata atau pelafan yang sama namun maknanya berbeda.Usang juga bisa didefiniksan dalam dalam kelas adjektiva atau kata sifat sehingga dapat mengubah kata benda atau kata ganti, biasanya dengan menjelaskannya atau membuatnya menjadi lebih spesifik. Maka penggunaannya harus dihindari.

Penggunaan kata usang ini terjadi biasanya karna penulis kekurangan bahan sehingga ingin menambah jumlah kata dalam tulisannya. Jika Anda mulai tergoda untuk memakai kata-kata usang, cobalah untuk mencari kata lain saja. Hal ini menghindari bias pada satu kalimat yang ditulis. Seorang penulis justru dianggap menarik ketika buku yang diterbitkan memiliki daya tarik pada tulisannya yang sederhana. Meski sederhana tapi menimbulkan gairah, menggerakkan semangat, berisi informasi, mengasyikkan, baru, atau aneh.

Beberapa hal di atas merupakan 6 cara supaya jurnal yang Anda buat dapat dipublikasikan dengan mudah. Semoga Anda terus belajar dan pantang menyerah untuk mewujudkan tulisan jurnal yang berkualitas. Jangan patah semangat, percayalah tulisan yang Anda buat akan bermanfaat bagi banyak orang. Selamat menulis jurnal!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar